THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Sabtu, 21 Februari 2009


INILAH KARYA-KARYA KAMI:


Conference Venues
Conference Venues




"Graffiti" di Jalanan Ibu Kota
Niatnya Menghibur Pengguna Jalan

Beraksi di malam hari, Pylox dan cat tembok adalah senjata mereka. Ini dia para pelukis kota!

Akhir-akhir ini banyak banget lukisan jalanan yang dibuat di tembok jembatan layang, tembok samping rumah, tembok pembatas lahan tidur, sampai rolling door toko yang sudah tutup.

Tulisan itu kadang berbentuk huruf dengan menggunakan cat semprot atau cat tembok. Kadang tulisan itu merupakan campuran huruf dan gambar. Yang pasti, karena warnanya sangat mencolok, lukisan tadi jadi menarik perhatian para pengguna jalan.

Itulah graffiti yang belakangan lagi subur pertumbuhannya. Seperti enggak bisa melihat "lahan kosong", setiap minggu ada saja tulisan graffiti baru menyapa kita di jalan.

Walaupun kadang tulisannya hanya berbunyi nama kelompok dan nama orang, graffiti juga bisa membuat kita terkagum-kagum karena bentuk-bentuk hurufnya yang atraktif. Malah kadang kita enggak mampu membaca tulisan itu gara-gara terlalu susah untuk dieja.

Ternyata di balik semua keindahan itu, para pelukis graffiti (sering disebut bomber atau writer) di kota-kota besar dan Jakarta pada khususnya, menyimpan cerita sedih, seru, sekaligus menegangkan pada waktu pembuatannya.

"Gue enggak tahu kenapa graffiti sering dilarang. Padahal itu kan seninya tinggi. Daripada tembok di Jakarta dipenuhi sama coretan nama gang sekolahan yang enggak jelas," keluh Adhit waktu mengajak Tim Muda dalam "pengeboman" di suatu malam.

Cowok kurus berkacamata ini memang menjadi salah satu bagian dari komunitas graffiti yang ada di Jakarta. Wajar saja kalau dia lebih sering "berkarya" (mereka mengistilahkannya dengan ngebom) di tengah malam. Soalnya pada saat itu, aktivitas Adhit bersama teman-temannya menjadi tidak diketahui orang. Dengan begitu, tidak ada petugas keamanan yang bisa menghalau mereka.

"Biasanya sih yang ngusir kita tuh Polisi Pamong Praja. Kalau ketangkap, paling kita disuruh bersihin karya kita pakai cat putih, terus dibawa sebentar ke kantor polisi," katanya lagi.

Asal-usul

Dari mana asalnya ya, kok graffiti jadi ramai kayak gini?

Susah banget kalau mencari dari mana asalnya graffiti ini. Yang pasti sejak zaman perang kemerdekaan, kita sudah mengekspresikan keinginan untuk merdeka lewat graffiti.

Walaupun dengan skill dan peralatan yang masih sederhana, konsep tulisan dan dinding menjadi media paling aman untuk mengekspresikan pendapat secara diam-diam pada saat itu.

Istilah graffiti sendiri diambil dari bahasa latin, graphium yang artinya menulis. Awalnya istilah itu dipakai oleh para arkeolog untuk mendefinisikan tulisan-tulisan di bangunan kuno bangsa Mesir dan Romawi kuno.

Pada perkembangannya, graffiti di sekitar tahun 70-an di Amerika dan Eropa akhirnya merambah ke wilayah urban sebagai jati diri gang yang menjamur di perkotaan. Karena citranya yang kurang bagus, graffiti malah telanjur jadi momok bagi keamanan kota. Alasannya karena dianggap memprovokasi perang antarkelompok atau gang. Parahnya, selain dilakukan di tembok kosong, ngebom pun dilancarkan di kereta api bawah tanah.

Di Amerika sendiri, setiap negara bagian sudah punya peraturan sendiri untuk membungkam graffiti. Di San Diego, California, sampai New York, semua punya undang-undang yang menyebutkan bahwa graffiti adalah ilegal. Untuk menghukum semua pelakunya, graffiti pun dibagi menjadi dua jenis.

Yang pertama adalah gang graffiti. Yaitu graffiti yang berfungsi sebagai identifikasi daerah kekuasaan lewat tulisan nama gang, gang gabungan, para anggota gang, atau tulisan tentang apa yang terjadi di dalam gang itu.

Yang kedua adalah tagging graffiti. Yaitu jenis graffiti yang sering dipakai untuk ketenaran seseorang atau kelompok. Makin banyak graffiti jenis ini bertebaran, maka makin ngetoplah nama si pembuatnya. Makanya graffiti jenis ini perlu tagging alias tanda tangan dari writer atau bomber-nya. Semacam tanggung jawab karya-lah!

Di Indonesia

Bagaimana dengan di Indonesia?

Sepertinya masih belum ada undang-undang yang secara tegas menyebutkan bahwa sebuah graffiti itu ilegal. Tapi kalau mendengar cerita-cerita dari bomber-bomber Ibu Kota yang sering disuruh menghapus piece (karya) mereka, kayaknya aksi mereka memang bikin gerah pemerintah kota.

Hal ini juga pernah dialami seniman mural. Mural yang berbeda dengan graffiti dalam hal bentuk gambar, pernah dijadikan hiasan kota lewat event Jak@rt tahun 2001 yang melibatkan puluhan seniman mural di Jakarta. Tapi tiba-tiba karya mereka banyak yang dihapus cat putih karena dianggap tidak sesuai dengan kebijakan pemerintah kota (waktu itu masih Pemda)

"Kebijakan Pemda DKI Jakarta adalah tidak menerima adanya lukisan yang dinilai tidak senonoh," kata Muhayat, Kepala Biro Humas Pemda DKI Jakarta waktu itu, seperti dilansir Harian Kompas (7 Agustus 2001).

Waduh, kalau gambar yang bagus kayak mural saja dilarang, bagaimana kabarnya dengan graffiti yang cuma bermain dengan bentuk huruf ya?

Akhirnya, para bomber memang bergerak diam-diam. Mereka menggunakan media internet untuk merencanakan aksi mereka. Mulai dari SMS, e-mail sampai friendster semua dipergunakan.

Mereka biasa berkumpul di sebuah meeting point yang udah ditentukan. Di situ mereka merencanakan soal spot (lokasi inceran), jalur dan keamanannya. Kalau yang ikut sampai ada banyak kru, diperlukan beberapa tim advanced untuk ngecek keadaan spot.

Setelah dirasa aman, barulah pasukan yang lain datang ke lokasi. Tapi kalau hanya sedikit kru yang ikut, mungkin bisa dilakukan sekaligus.

Penyegaran mata

Bayangkan kalau kita lagi terjebak di kemacetan kota. Entah itu di kolong jembatan atau di samping tembok panjang. Terus di samping kiri-kanan terpampang graffiti dalam berbagai bentuk. Nah, para bomber tadi sih maunya menjadikan karya-karya tuh sebagai penyegaran mata.

"Kan enak, lagi macet sambil melihat graffiti. Kesannya lagi di galeri lukisan gitu. Terus mereka juga bisa nilai karya siapa yang paling bagus. Jadi biarlah para pengguna jalan menjadi juri," kata Dhika, salah seorang bomber yang ditemui Tim Muda pas sebelum beraksi.

Operasi "pengeboman" selalu dilakukan lewat tengah malam. Beberapa hari sebelumnya mereka pasti melakukan survei lokasi. Hasil check spot tadi bisa berbuah dua hal. Mereka bisa menemukan spot baru, atau mereka malah menemukan spot karya mereka perlu diperbarui.

"Biasanya sih kami perbarui dengan cara menimpa karya yang lama. Tapi kami enggak pernah nimpa atau merusak karya orang lain. Kenapa mesti diperbarui? Ya karena sudah bosan aja dan kadang sudah basi isi pesannya," kata Echo, pentolan Morden Crew, yang membawa Tim Muda keliling wilayah Kebayoran Baru, Jakarta, untuk melihat lokasi pengeboman malam itu.

Isi pesan sebagian besar graffiti crew di Indonesia, khususnya Jakarta mungkin masih bersifat tagging crew alias cuma menonjolkan nama kelompok demi kepopuleran. Nama-nama kru disemprot dalam berbagai bentuk yang bisa menimbulkan decak kagum karena keindahannya.

"Kadang kita juga bikin pesan khusus seperti selamat ulang tahun untuk temen, pesan cinta untuk cewek, pesan sosial juga ada kok. Yang pasti kita enggak main politik. Cinta aja deh," aku Echo lagi.

Ngebom

Akhirnya kita sampai di lokasi. Daerah Gandaria pagi dini hari itu makin gelap. Waktu menujukkan pukul 2 dini hari. Sabtu malam, sudah berganti Minggu. Echo bersama 4 orang temannya turun dari mobil VW Combi sambil mempersiapkan dua lusin pyloks yang baru dibelinya tadi sore.

Di hadapan mereka ada sebuah karya yang akan diperbarui. Adhit mengamati desain baru yang terkumpul dalam sebuah binder. Setelah menyetujui sebuah desain, Echo turun beraksi membuat garis-garis pinggir huruf demi huruf, sementara Adhit mengawasi dari kejauhan. Hebatnya, semua itu mereka lakukan tanpa bantuan penggaris, skala, dan... penerangan lampu!

Mereka mengerjakan satu desain dalam waktu kurang lebih dua jam. Awalnya, belum berbentuk. Bahkan ketika udah jadi pun, karya mereka ini belum bisa dinikmati karena kurangnya cahaya.

Besoknya, ketika hari sudah terang, graffiti itu tampak mencolok di pojokan jalan. Membuat para pengguna jalan melintas pelan di jalan sambil berusaha membaca tulisan itu pas mereka berhenti di lampu merah.

Niat mereka menghibur pengguna jalan pun terwujud... at least buat sebagian orang.


Diposkan oleh ~~JoC-k3R~~ di 05:13 0 komentar Link ke posting ini
Kamis, 2009 Januari 22
bomber STR
:58 p
Grafiti
Lompat ke Komentar

Grafiti Menunggu Pagi

“Apa yang terjadi dengan hatiku. Ku masih di sini menunggu pagi…” Kemudian setelah bunyi pilox terkocok, tangan itu menggores warna terang di sebuah tembok. Bagas tampak lega dengan apa yang barusan dilakukannya.

Eh, kok jadinya ngomongin film Alexandria ya?! Ini lho, karena sekarang kita lagi mo ngomongin tentang grafiti, nggak papa kan kalau Youngsters dibawa sedikit berkhayal mengingat film Alexandria. Di film itu ada tokoh Bagas yang hobi banget mainin pilox untuk ngebuat grafiti.

Grafiti emang sekarang lagi booming banget di Batam. jumlah bomba (bomber Batam) pun sekarang bisa ada sekitar 20-an komunitas. Di mana-mana gampang banget kita temuin coretan grafiti di beberapa tembok. Kebanyakan sih, para bomber, istilah untuk pembuat grafiti ini ngebuat jalinan huruf menjadi kata atau yang diistilahin dengan tag.

Ngomongin seni grafiti, sebetulnya di tingkatan dunia udah ada dari tahun 60-an lho. Para bomber atau pelaku grafiti ini punya senjata andalannya yaitu pilox. Kalau udah ketemu unsur bomber, pilox dan tembok, wah jangan ditanya, sebentar saja tuh tembok udah berisi silangan jalinan huruf yang membentuk kata atau yang biasa disebut tag. Ada juga yang kreatif ngebentuk stensil atau berwujud gambar animasi.

Tapi kalau sekarang yang sering kita perhatiin di jalan ini kebanyakan sih bentuk tag. “Habis kalau gambar itu rumit bentuknya. Udah gitu butuh warna piloknya banyak,” kata Pepeng, yang berasal dari bomba Marvel.

Tapi ada juga lho yang bisa bikin stensil yang dibuat lewat proses komputer. Ini dilakukan sama Moltov waktu ngikutin class meeting di sekolah mereka, SMA Yos Sudarso. Sayangnya, cetakan stensil mereka banyak yang ilang. Jadilah cuman wajah Budi yang nongol di grafiti mereka.

“Jadi kita buat sketsanya di komputer dulu. Terus diprint habis gitu dibuat cetakannya,” jelas Adi dari Moltov.

Grafiti di Batam sendiri mulai booming sekitar akhir tahun 2005. Waktu itu kebangkitannya diawali sama acara pensi yang diadain Yos Sudarso sekitar Desember 2006. Kata Santa Lidwina, dari SMA Yos Sudarso, yang ikut dalam lomba grafiti di pensi sekolah mereka ada sekitar 18 kelompok.

“Sebetulnya sih sebelum itu udah ada. Cuman waktu pensi itu kita jadi tahu para bomber yang lain di Batam ini,” ujar Abang dari Comb Gad.

Kebiasaan anak-anak bomber ini mirip kayak lagunya Peterpan Menunggu Pagi. Jadi kalau udah sekitar jam 12 atau jam 1 dini hari, mulailah mereka bereaksi. Ada yang izin dulu, ada juga yang emang ilegal. Tapi kebanyakan sekarang ini, udah banyak emang pihak yang mempersilahkan tembok mereka dicorat coret grafiti. Misalnya tembok di dekat BCS Mall atau di daerah belakang Planet Holiday.

“Bisa-bisa sampai jam lima pagi gitu,” aku Aji. “Tapi kalau ngebuatnya sih bisa sekitar dua jam-an gitu. Tergantung besar temboknya seberapa,” tambah Rahman dari Comb Gad. (ika)



Berharap Ada Tembok Khusus Grafiti

Ini nih urut-urutan pekerjaan para bomber. Biasanya, mereka akan ngebuat sketsa dulu di kertas. Kebanyakan sih tulisan tentang nama komunitas mereka, misal Marvel. “Ide buatnya sih bareng-bareng termasuk kesepakatan bikin warnanya. Cuman kalau yang ngebuat biasanya satu orang,” jelas Uya’ dari Marvel.

Kalau udah gitu barulah para bomber ngebom alias ngepilox tembok sesuai sketsa yang udah dibuat. Tehnik ngebom ini juga bisa tergantung sama angin lho. Misalnya kayak diakuin Angga dari Busted waktu mereka class meeting SMA Yos Sudarso.

Jika sebuah grafiti udah jadi, rasa puas inilah yang kebanyakan diakui sama para bomber. “Apalagi kalau karya kita sampai dilihat orang,” tambah Farid dari Comb Gad. Dan salutnya, ada satu nih etika yang ada di kalangan para bomber. Dilarang merusak hasil karya bomber lainnya.

“Itu udah kayak jadi etika di antara para bomber. Biasanya yang ngerusak anak lain dan bukan antar bomber,” ujar Pepeng dari Marvel.

Karena seni grafiti ini sampai sekarang kurang terarah, para bomber ini berharap suatu ketika di Batam ada tempat khusus yang disediakan untuk para bomber. “Kayak di dekat Orchard Singapura ada kan tuh yang emang khusus disediain untuk grafiti. Jadi orang lain juga bisa lihat keindahannya juga,” usul Farid dari Comb Gad. (ika)



Belajar dari Internet

Banyak cerita asal muasal kenapa para bomber ini jadi hobi main grafiti. Misalnya kayak yang diakuin sama Rahman, Adek, Bondan, Kiki, dan Abang dari Comb Gad. Kebanyakan dari mereka ngaku dari yang namanya kepingin ngikutin tren sampai penasaran untuk pengen nyoba.

Begitu juga kayak cerita Aji, Bob, Pepeng, Uya’, dan Riko dari Marvel. Mereka juga tahu grafiti ketika ada teman mereka dari Jawa yang cerita tentang trendnya grafiti di Jawa.

Tapi lain lagi alasan dari Angga dan Riki dari Busted. Mereka justru kepikiran untuk kreatif bikin grafiti karena hobi ngegame. “Waktu itu aku pikir, kayaknya gambar yang di game ini oke banget. Trus aku ngobrol-ngobrol sama Julius dan jadilah kita bikin grafiti,” kata Riki.

Setelah tertarik, para bomber inipun rata-rata bealjar dari model-model grafiti yang ada di internet. Banyak banget emang situs di internet yang nunjukin contoh model grafiti di dunia. Mulai dari www.tembokbomber.com, www.graffiti.playdo.com, www.graffiti.org, atau www.graffiti.net.

Kadar imajinasi tingkat tinggi juga dibutuhin lho. “Jadi kalau salah bisa ditambahin,” kata Kiki dari Comb Gad.

Trus, berapa lama sih seorang bomber bisa dibilang gape bikin grafiti? “Kalau itu bukan hitungan berapa lama tapi berapa kali nyoba. Biasanya sih sekitar dua kali nyoba,” kata Pepeng dari Marvel.

Ada beberapa kategori di kalangan bomber tentang penilaian sebuah grafiti. Kata Bayu dari Satoe dan Farid dari Comb Gad, sebuah grafiti bisa dibilang bagus karena tulisannya lebihhidup, bentuk huruf nggak maksa, efek warna, nggak belepotan, adanya gradasi warna, dan adanya efek bayangan atau cahaya.

Ada lagi yang namanya istilah grips. Bentuknya kayak tetesan lelehan air begitu. Seni kayak gini ini yang bisa dibilang oke. Misalnya kayak yang dibuat anak Science waktu class meeting Yos Sudarso. (ika)
Diposkan oleh ~~JoC-k3R~~ di 04:02 0 komentar
Senin, 2009 Januari 05
joker
Anda sering melihat graffiti atau mural yang ada di dinding bawah fly over perempatan Kuningan Jakarta Selatan? Mungkin hanya sedikit orang yang tahu bahwa pembuatan graffiti dan mural di perempatan Kuningan itu difasilitasi oleh Dinas Pertamanan setempat. Street art yang dibuat oleh belasan bomber---sebutan bagi pembuat graffiti-itu dibuat pada 20-23 Desember 2006 dengan mengusung tema Re-Solusi Jakarta 300 cc. Tema tersebut diangkat sebagai respons sekelompok seniman jalanan terhadap buruknya kondisi sosial dan lingkungan di Jakarta. Kesempatan itu juga dijadikan sebagai kado akhir tahun dari para street artist kepada Kota Jakarta.

Tulisan dan gambar pada pilar-pilar di perempatan Kuningan ini bukanlah asal bikin. Sebab, sebelum "beraksi", para bomber terlebih dahulu menjalani diskusi serta brainstorming yang cukup panjang. Lihat saja mural berjudul "Taman Kota" yang menampilkan dua anak kecil yang saling berangkulan di antara gedung-gedung, seakan-akan mereka tengah kebingungan ke mana mencari taman untuk sekadar bermain. Atau graffiti bertuliskan "Boneka! Metropolis" yang mudah diinterprestasikan sebagai bentuk kritik terhadap para penguasa yang gemar mempermainkan orang. Sebab, di atas tulisan yang dibuat dengan cat semprot tadi ada citraan beberapa sosok orang yang dikondisikan seperti boneka lengkap dengan tali penariknya.



Istilah graffiti sendiri diambil dari bahasa latin "graphium" yang artinya "menulis". Awalnya, istilah ini dipakai oleh para arkeolog untuk mendefinisikan tulisan-tulisan pada bangunan kuno bangsa Mesir dan Romawi kuno. Kegiatan graffiti sebagai sarana menunjukkan ketidakpuasan baru dimulai pada zaman Romawi dengan bukti adanya lukisan sindiran terhadap pemerintahan di dinding-dinding bangunan. Lukisan ini ditemukan di reruntuhan Kota Pompeii. Sementara di Roma sendiri graffiti dipakai sebagai alat propaganda untuk mendiskreditkan pemeluk agama Kristen yang pada zaman itu dilarang kaisar.

Pemakaian cat semprot atau spray paint untuk graffiti mulai dikenal di New York pada akhir tahun 60-an. Coretan pertama dengan cat semprot dilakukan pada sebuah kereta subway. Seorang laki-laki bernama Taki yang menetap di 183rd Street Washington Heights selalu menuliskan namanya-tagging--di setiap tempat yang ia anggap bakal dilihat banyak orang, misalnya di dalam kereta subway atau di bagian luar dan dalam bis. "Taki183", begitulah tulisan yang ia buat.

Lewat coretan anehnya itu, orang-orang di seluruh kota mengenal Taki. Di tahun 1971, Taki diinterviu oleh sebuah majalah terbitan New York. Dari situlah nama Taki populer di seluruh New York. Fenomena Taki ini akhirnya mempengaruhi mental anak-anak di New York. Mereka menganggap kepopuleran bisa diperoleh dengan hanya menuliskan identitas diri pada bus atau kereta yang melewati seluruh kota. Semakin banyak namanya tercantum, sudah pasti dianggap semakin populer.

Sedangkan kata "mural" berasal dari bahasa Latin "murus" yang berarti dinding. Mural sebenarnya ada sejak ratusan ribu tahun silam. Orang primitif membuatnya di dinding-dinding gua sebagai sarana mistisme dan spiritual untuk membangkitkan semangat berburu.
Kegiatan membuat mural kemudian berlanjut ke masyarakat Mesir Kuno. Kala itu, mural menjadi sarana komunikasi. Hingga akhirnya masyarakat modern membuat mural pada dinding rumah, gedung, gereja, serta tanah beraspal atau berbatu bata, bahkan pada makam bawah tanah (katakomba).

Sementara di Indonesia baru beberapa tahun belakangan ini graffiti mulai mendapat apresiasi sebagai karya seni. Tercatat, telah banyak festival bertema "urban art" digelar dengan tujuan mewadahi seniman graffiti agar dapat lebih bebas berapresiasi dan dihargai. Mereka yang menyukai seni menggambar jalanan ini biasanya berkumpul dalam sebuah wadah atau komunitas tertentu. Tiga komunitas besar yang cukup terkenal di Indonesia antara lain Tembok Bomber, Royal Consortium, dan Vektorjunkie.



Suasana dan situasi yang dirasakan para bomber di Yogyakarta mungkin bisa dibilang lebih nyaman. Sebab, di sana mural tidak lagi dianggap sebagai hasil karya yang jelek. Bahkan mural di Yogyakarta tidak lagi dimonopoli para seniman, tapi juga masyarakat biasa. Mereka membuat mural di pinggir-pinggir jalan lingkup RT maupun jalan masuk gang. Bahkan mural di Yogyakarta hampir mirip gerakan massal.

Bagaimana dengan Jakarta? Hmm, street art di perempatan perempatan Kuningan--dan mungkin tempat lainnya--bisa dijadikan sebagai bahan renungan. Sebenarnya lebih enak melihat iklan yang mulai membosankan di kanan kiri jalan atau melihat graffiti/mural yang sering membuat dahi kita berkernyit saat mencoba menebak pesan yang ingin disampaikan? Terserah Anda....
Diposkan oleh ~~JoC-k3R~~ di 22:44 0 komentar
bombing
"Graffiti" di Jalanan Ibu Kota
Niatnya Menghibur Pengguna Jalan

Beraksi di malam hari, Pylox dan cat tembok adalah senjata mereka. Ini dia para pelukis kota!

Akhir-akhir ini banyak banget lukisan jalanan yang dibuat di tembok jembatan layang, tembok samping rumah, tembok pembatas lahan tidur, sampai rolling door toko yang sudah tutup.

Tulisan itu kadang berbentuk huruf dengan menggunakan cat semprot atau cat tembok. Kadang tulisan itu merupakan campuran huruf dan gambar. Yang pasti, karena warnanya sangat mencolok, lukisan tadi jadi menarik perhatian para pengguna jalan.

Itulah graffiti yang belakangan lagi subur pertumbuhannya. Seperti enggak bisa melihat "lahan kosong", setiap minggu ada saja tulisan graffiti baru menyapa kita di jalan.

Walaupun kadang tulisannya hanya berbunyi nama kelompok dan nama orang, graffiti juga bisa membuat kita terkagum-kagum karena bentuk-bentuk hurufnya yang atraktif. Malah kadang kita enggak mampu membaca tulisan itu gara-gara terlalu susah untuk dieja.

Ternyata di balik semua keindahan itu, para pelukis graffiti (sering disebut bomber atau writer) di kota-kota besar dan Jakarta pada khususnya, menyimpan cerita sedih, seru, sekaligus menegangkan pada waktu pembuatannya.

"Gue enggak tahu kenapa graffiti sering dilarang. Padahal itu kan seninya tinggi. Daripada tembok di Jakarta dipenuhi sama coretan nama gang sekolahan yang enggak jelas," keluh Adhit waktu mengajak Tim Muda dalam "pengeboman" di suatu malam.

Cowok kurus berkacamata ini memang menjadi salah satu bagian dari komunitas graffiti yang ada di Jakarta. Wajar saja kalau dia lebih sering "berkarya" (mereka mengistilahkannya dengan ngebom) di tengah malam. Soalnya pada saat itu, aktivitas Adhit bersama teman-temannya menjadi tidak diketahui orang. Dengan begitu, tidak ada petugas keamanan yang bisa menghalau mereka.

"Biasanya sih yang ngusir kita tuh Polisi Pamong Praja. Kalau ketangkap, paling kita disuruh bersihin karya kita pakai cat putih, terus dibawa sebentar ke kantor polisi," katanya lagi.

Asal-usul

Dari mana asalnya ya, kok graffiti jadi ramai kayak gini?

Susah banget kalau mencari dari mana asalnya graffiti ini. Yang pasti sejak zaman perang kemerdekaan, kita sudah mengekspresikan keinginan untuk merdeka lewat graffiti.

Walaupun dengan skill dan peralatan yang masih sederhana, konsep tulisan dan dinding menjadi media paling aman untuk mengekspresikan pendapat secara diam-diam pada saat itu.

Istilah graffiti sendiri diambil dari bahasa latin, graphium yang artinya menulis. Awalnya istilah itu dipakai oleh para arkeolog untuk mendefinisikan tulisan-tulisan di bangunan kuno bangsa Mesir dan Romawi kuno.

Pada perkembangannya, graffiti di sekitar tahun 70-an di Amerika dan Eropa akhirnya merambah ke wilayah urban sebagai jati diri gang yang menjamur di perkotaan. Karena citranya yang kurang bagus, graffiti malah telanjur jadi momok bagi keamanan kota. Alasannya karena dianggap memprovokasi perang antarkelompok atau gang. Parahnya, selain dilakukan di tembok kosong, ngebom pun dilancarkan di kereta api bawah tanah.

Di Amerika sendiri, setiap negara bagian sudah punya peraturan sendiri untuk membungkam graffiti. Di San Diego, California, sampai New York, semua punya undang-undang yang menyebutkan bahwa graffiti adalah ilegal. Untuk menghukum semua pelakunya, graffiti pun dibagi menjadi dua jenis.

Yang pertama adalah gang graffiti. Yaitu graffiti yang berfungsi sebagai identifikasi daerah kekuasaan lewat tulisan nama gang, gang gabungan, para anggota gang, atau tulisan tentang apa yang terjadi di dalam gang itu.

Yang kedua adalah tagging graffiti. Yaitu jenis graffiti yang sering dipakai untuk ketenaran seseorang atau kelompok. Makin banyak graffiti jenis ini bertebaran, maka makin ngetoplah nama si pembuatnya. Makanya graffiti jenis ini perlu tagging alias tanda tangan dari writer atau bomber-nya. Semacam tanggung jawab karya-lah!

Di Indonesia

Bagaimana dengan di Indonesia?

Sepertinya masih belum ada undang-undang yang secara tegas menyebutkan bahwa sebuah graffiti itu ilegal. Tapi kalau mendengar cerita-cerita dari bomber-bomber Ibu Kota yang sering disuruh menghapus piece (karya) mereka, kayaknya aksi mereka memang bikin gerah pemerintah kota.

Hal ini juga pernah dialami seniman mural. Mural yang berbeda dengan graffiti dalam hal bentuk gambar, pernah dijadikan hiasan kota lewat event Jak@rt tahun 2001 yang melibatkan puluhan seniman mural di Jakarta. Tapi tiba-tiba karya mereka banyak yang dihapus cat putih karena dianggap tidak sesuai dengan kebijakan pemerintah kota (waktu itu masih Pemda)

"Kebijakan Pemda DKI Jakarta adalah tidak menerima adanya lukisan yang dinilai tidak senonoh," kata Muhayat, Kepala Biro Humas Pemda DKI Jakarta waktu itu, seperti dilansir Harian Kompas (7 Agustus 2001).

Waduh, kalau gambar yang bagus kayak mural saja dilarang, bagaimana kabarnya dengan graffiti yang cuma bermain dengan bentuk huruf ya?

Akhirnya, para bomber memang bergerak diam-diam. Mereka menggunakan media internet untuk merencanakan aksi mereka. Mulai dari SMS, e-mail sampai friendster semua dipergunakan.

Mereka biasa berkumpul di sebuah meeting point yang udah ditentukan. Di situ mereka merencanakan soal spot (lokasi inceran), jalur dan keamanannya. Kalau yang ikut sampai ada banyak kru, diperlukan beberapa tim advanced untuk ngecek keadaan spot.

Setelah dirasa aman, barulah pasukan yang lain datang ke lokasi. Tapi kalau hanya sedikit kru yang ikut, mungkin bisa dilakukan sekaligus.

Penyegaran mata

Bayangkan kalau kita lagi terjebak di kemacetan kota. Entah itu di kolong jembatan atau di samping tembok panjang. Terus di samping kiri-kanan terpampang graffiti dalam berbagai bentuk. Nah, para bomber tadi sih maunya menjadikan karya-karya tuh sebagai penyegaran mata.

"Kan enak, lagi macet sambil melihat graffiti. Kesannya lagi di galeri lukisan gitu. Terus mereka juga bisa nilai karya siapa yang paling bagus. Jadi biarlah para pengguna jalan menjadi juri," kata Dhika, salah seorang bomber yang ditemui Tim Muda pas sebelum beraksi.

Operasi "pengeboman" selalu dilakukan lewat tengah malam. Beberapa hari sebelumnya mereka pasti melakukan survei lokasi. Hasil check spot tadi bisa berbuah dua hal. Mereka bisa menemukan spot baru, atau mereka malah menemukan spot karya mereka perlu diperbarui.

"Biasanya sih kami perbarui dengan cara menimpa karya yang lama. Tapi kami enggak pernah nimpa atau merusak karya orang lain. Kenapa mesti diperbarui? Ya karena sudah bosan aja dan kadang sudah basi isi pesannya," kata Echo, pentolan Morden Crew, yang membawa Tim Muda keliling wilayah Kebayoran Baru, Jakarta, untuk melihat lokasi pengeboman malam itu.

Isi pesan sebagian besar graffiti crew di Indonesia, khususnya Jakarta mungkin masih bersifat tagging crew alias cuma menonjolkan nama kelompok demi kepopuleran. Nama-nama kru disemprot dalam berbagai bentuk yang bisa menimbulkan decak kagum karena keindahannya.

"Kadang kita juga bikin pesan khusus seperti selamat ulang tahun untuk temen, pesan cinta untuk cewek, pesan sosial juga ada kok. Yang pasti kita enggak main politik. Cinta aja deh," aku Echo lagi.

Ngebom

Akhirnya kita sampai di lokasi. Daerah Gandaria pagi dini hari itu makin gelap. Waktu menujukkan pukul 2 dini hari. Sabtu malam, sudah berganti Minggu. Echo bersama 4 orang temannya turun dari mobil VW Combi sambil mempersiapkan dua lusin pyloks yang baru dibelinya tadi sore.

Di hadapan mereka ada sebuah karya yang akan diperbarui. Adhit mengamati desain baru yang terkumpul dalam sebuah binder. Setelah menyetujui sebuah desain, Echo turun beraksi membuat garis-garis pinggir huruf demi huruf, sementara Adhit mengawasi dari kejauhan. Hebatnya, semua itu mereka lakukan tanpa bantuan penggaris, skala, dan... penerangan lampu!

Mereka mengerjakan satu desain dalam waktu kurang lebih dua jam. Awalnya, belum berbentuk. Bahkan ketika udah jadi pun, karya mereka ini belum bisa dinikmati karena kurangnya cahaya.

Besoknya, ketika hari sudah terang, graffiti itu tampak mencolok di pojokan jalan. Membuat para pengguna jalan melintas pelan di jalan sambil berusaha membaca tulisan itu pas mereka berhenti di lampu merah.

Niat mereka menghibur pengguna jalan pun terwujud... at least buat sebagian orang. Anda sering melihat graffiti atau mural yang ada di dinding bawah fly over perempatan Kuningan Jakarta Selatan? Mungkin hanya sedikit orang yang tahu bahwa pembuatan graffiti dan mural di perempatan Kuningan itu difasilitasi oleh Dinas Pertamanan setempat. Street art yang dibuat oleh belasan bomber---sebutan bagi pembuat graffiti-itu dibuat pada 20-23 Desember 2006 dengan mengusung tema Re-Solusi Jakarta 300 cc. Tema tersebut diangkat sebagai respons sekelompok seniman jalanan terhadap buruknya kondisi sosial dan lingkungan di Jakarta. Kesempatan itu juga dijadikan sebagai kado akhir tahun dari para street artist kepada Kota Jakarta.

Tulisan dan gambar pada pilar-pilar di perempatan Kuningan ini bukanlah asal bikin. Sebab, sebelum "beraksi", para bomber terlebih dahulu menjalani diskusi serta brainstorming yang cukup panjang. Lihat saja mural berjudul "Taman Kota" yang menampilkan dua anak kecil yang saling berangkulan di antara gedung-gedung, seakan-akan mereka tengah kebingungan ke mana mencari taman untuk sekadar bermain. Atau graffiti bertuliskan "Boneka! Metropolis" yang mudah diinterprestasikan sebagai bentuk kritik terhadap para penguasa yang gemar mempermainkan orang. Sebab, di atas tulisan yang dibuat dengan cat semprot tadi ada citraan beberapa sosok orang yang dikondisikan seperti boneka lengkap dengan tali penariknya.



Istilah graffiti sendiri diambil dari bahasa latin "graphium" yang artinya "menulis". Awalnya, istilah ini dipakai oleh para arkeolog untuk mendefinisikan tulisan-tulisan pada bangunan kuno bangsa Mesir dan Romawi kuno. Kegiatan graffiti sebagai sarana menunjukkan ketidakpuasan baru dimulai pada zaman Romawi dengan bukti adanya lukisan sindiran terhadap pemerintahan di dinding-dinding bangunan. Lukisan ini ditemukan di reruntuhan Kota Pompeii. Sementara di Roma sendiri graffiti dipakai sebagai alat propaganda untuk mendiskreditkan pemeluk agama Kristen yang pada zaman itu dilarang kaisar.

Pemakaian cat semprot atau spray paint untuk graffiti mulai dikenal di New York pada akhir tahun 60-an. Coretan pertama dengan cat semprot dilakukan pada sebuah kereta subway. Seorang laki-laki bernama Taki yang menetap di 183rd Street Washington Heights selalu menuliskan namanya-tagging--di setiap tempat yang ia anggap bakal dilihat banyak orang, misalnya di dalam kereta subway atau di bagian luar dan dalam bis. "Taki183", begitulah tulisan yang ia buat.

Lewat coretan anehnya itu, orang-orang di seluruh kota mengenal Taki. Di tahun 1971, Taki diinterviu oleh sebuah majalah terbitan New York. Dari situlah nama Taki populer di seluruh New York. Fenomena Taki ini akhirnya mempengaruhi mental anak-anak di New York. Mereka menganggap kepopuleran bisa diperoleh dengan hanya menuliskan identitas diri pada bus atau kereta yang melewati seluruh kota. Semakin banyak namanya tercantum, sudah pasti dianggap semakin populer.

Sedangkan kata "mural" berasal dari bahasa Latin "murus" yang berarti dinding. Mural sebenarnya ada sejak ratusan ribu tahun silam. Orang primitif membuatnya di dinding-dinding gua sebagai sarana mistisme dan spiritual untuk membangkitkan semangat berburu.
Kegiatan membuat mural kemudian berlanjut ke masyarakat Mesir Kuno. Kala itu, mural menjadi sarana komunikasi. Hingga akhirnya masyarakat modern membuat mural pada dinding rumah, gedung, gereja, serta tanah beraspal atau berbatu bata, bahkan pada makam bawah tanah (katakomba).

Sementara di Indonesia baru beberapa tahun belakangan ini graffiti mulai mendapat apresiasi sebagai karya seni. Tercatat, telah banyak festival bertema "urban art" digelar dengan tujuan mewadahi seniman graffiti agar dapat lebih bebas berapresiasi dan dihargai. Mereka yang menyukai seni menggambar jalanan ini biasanya berkumpul dalam sebuah wadah atau komunitas tertentu. Tiga komunitas besar yang cukup terkenal di Indonesia antara lain Tembok Bomber, Royal Consortium, dan Vektorjunkie.



Suasana dan situasi yang dirasakan para bomber di Yogyakarta mungkin bisa dibilang lebih nyaman. Sebab, di sana mural tidak lagi dianggap sebagai hasil karya yang jelek. Bahkan mural di Yogyakarta tidak lagi dimonopoli para seniman, tapi juga masyarakat biasa. Mereka membuat mural di pinggir-pinggir jalan lingkup RT maupun jalan masuk gang. Bahkan mural di Yogyakarta hampir mirip gerakan massal.

Bagaimana dengan Jakarta? Hmm, street art di perempatan perempatan Kuningan--dan mungkin tempat lainnya--bisa dijadikan sebagai bahan renungan. Sebenarnya lebih enak melihat iklan yang mulai membosankan di kanan kiri jalan atau melihat graffiti/mural yang sering membuat dahi kita berkernyit saat mencoba menebak pesan yang ingin disampaikan? Terserah Anda....

bombing
"Graffiti" di Jalanan Ibu Kota
Niatnya Menghibur Pengguna Jalan

Beraksi di malam hari, Pylox dan cat tembok adalah senjata mereka. Ini dia para pelukis kota!

Akhir-akhir ini banyak banget lukisan jalanan yang dibuat di tembok jembatan layang, tembok samping rumah, tembok pembatas lahan tidur, sampai rolling door toko yang sudah tutup.

Tulisan itu kadang berbentuk huruf dengan menggunakan cat semprot atau cat tembok. Kadang tulisan itu merupakan campuran huruf dan gambar. Yang pasti, karena warnanya sangat mencolok, lukisan tadi jadi menarik perhatian para pengguna jalan.

Itulah graffiti yang belakangan lagi subur pertumbuhannya. Seperti enggak bisa melihat "lahan kosong", setiap minggu ada saja tulisan graffiti baru menyapa kita di jalan.

Walaupun kadang tulisannya hanya berbunyi nama kelompok dan nama orang, graffiti juga bisa membuat kita terkagum-kagum karena bentuk-bentuk hurufnya yang atraktif. Malah kadang kita enggak mampu membaca tulisan itu gara-gara terlalu susah untuk dieja.

Ternyata di balik semua keindahan itu, para pelukis graffiti (sering disebut bomber atau writer) di kota-kota besar dan Jakarta pada khususnya, menyimpan cerita sedih, seru, sekaligus menegangkan pada waktu pembuatannya.

"Gue enggak tahu kenapa graffiti sering dilarang. Padahal itu kan seninya tinggi. Daripada tembok di Jakarta dipenuhi sama coretan nama gang sekolahan yang enggak jelas," keluh Adhit waktu mengajak Tim Muda dalam "pengeboman" di suatu malam.

Cowok kurus berkacamata ini memang menjadi salah satu bagian dari komunitas graffiti yang ada di Jakarta. Wajar saja kalau dia lebih sering "berkarya" (mereka mengistilahkannya dengan ngebom) di tengah malam. Soalnya pada saat itu, aktivitas Adhit bersama teman-temannya menjadi tidak diketahui orang. Dengan begitu, tidak ada petugas keamanan yang bisa menghalau mereka.

"Biasanya sih yang ngusir kita tuh Polisi Pamong Praja. Kalau ketangkap, paling kita disuruh bersihin karya kita pakai cat putih, terus dibawa sebentar ke kantor polisi," katanya lagi.

Asal-usul

Dari mana asalnya ya, kok graffiti jadi ramai kayak gini?

Susah banget kalau mencari dari mana asalnya graffiti ini. Yang pasti sejak zaman perang kemerdekaan, kita sudah mengekspresikan keinginan untuk merdeka lewat graffiti.

Walaupun dengan skill dan peralatan yang masih sederhana, konsep tulisan dan dinding menjadi media paling aman untuk mengekspresikan pendapat secara diam-diam pada saat itu.

Istilah graffiti sendiri diambil dari bahasa latin, graphium yang artinya menulis. Awalnya istilah itu dipakai oleh para arkeolog untuk mendefinisikan tulisan-tulisan di bangunan kuno bangsa Mesir dan Romawi kuno.

Pada perkembangannya, graffiti di sekitar tahun 70-an di Amerika dan Eropa akhirnya merambah ke wilayah urban sebagai jati diri gang yang menjamur di perkotaan. Karena citranya yang kurang bagus, graffiti malah telanjur jadi momok bagi keamanan kota. Alasannya karena dianggap memprovokasi perang antarkelompok atau gang. Parahnya, selain dilakukan di tembok kosong, ngebom pun dilancarkan di kereta api bawah tanah.

Di Amerika sendiri, setiap negara bagian sudah punya peraturan sendiri untuk membungkam graffiti. Di San Diego, California, sampai New York, semua punya undang-undang yang menyebutkan bahwa graffiti adalah ilegal. Untuk menghukum semua pelakunya, graffiti pun dibagi menjadi dua jenis.

Yang pertama adalah gang graffiti. Yaitu graffiti yang berfungsi sebagai identifikasi daerah kekuasaan lewat tulisan nama gang, gang gabungan, para anggota gang, atau tulisan tentang apa yang terjadi di dalam gang itu.

Yang kedua adalah tagging graffiti. Yaitu jenis graffiti yang sering dipakai untuk ketenaran seseorang atau kelompok. Makin banyak graffiti jenis ini bertebaran, maka makin ngetoplah nama si pembuatnya. Makanya graffiti jenis ini perlu tagging alias tanda tangan dari writer atau bomber-nya. Semacam tanggung jawab karya-lah!

Di Indonesia

Bagaimana dengan di Indonesia?

Sepertinya masih belum ada undang-undang yang secara tegas menyebutkan bahwa sebuah graffiti itu ilegal. Tapi kalau mendengar cerita-cerita dari bomber-bomber Ibu Kota yang sering disuruh menghapus piece (karya) mereka, kayaknya aksi mereka memang bikin gerah pemerintah kota.

Hal ini juga pernah dialami seniman mural. Mural yang berbeda dengan graffiti dalam hal bentuk gambar, pernah dijadikan hiasan kota lewat event Jak@rt tahun 2001 yang melibatkan puluhan seniman mural di Jakarta. Tapi tiba-tiba karya mereka banyak yang dihapus cat putih karena dianggap tidak sesuai dengan kebijakan pemerintah kota (waktu itu masih Pemda)

"Kebijakan Pemda DKI Jakarta adalah tidak menerima adanya lukisan yang dinilai tidak senonoh," kata Muhayat, Kepala Biro Humas Pemda DKI Jakarta waktu itu, seperti dilansir Harian Kompas (7 Agustus 2001).

Waduh, kalau gambar yang bagus kayak mural saja dilarang, bagaimana kabarnya dengan graffiti yang cuma bermain dengan bentuk huruf ya?

Akhirnya, para bomber memang bergerak diam-diam. Mereka menggunakan media internet untuk merencanakan aksi mereka. Mulai dari SMS, e-mail sampai friendster semua dipergunakan.

Mereka biasa berkumpul di sebuah meeting point yang udah ditentukan. Di situ mereka merencanakan soal spot (lokasi inceran), jalur dan keamanannya. Kalau yang ikut sampai ada banyak kru, diperlukan beberapa tim advanced untuk ngecek keadaan spot.

Setelah dirasa aman, barulah pasukan yang lain datang ke lokasi. Tapi kalau hanya sedikit kru yang ikut, mungkin bisa dilakukan sekaligus.

Penyegaran mata

Bayangkan kalau kita lagi terjebak di kemacetan kota. Entah itu di kolong jembatan atau di samping tembok panjang. Terus di samping kiri-kanan terpampang graffiti dalam berbagai bentuk. Nah, para bomber tadi sih maunya menjadikan karya-karya tuh sebagai penyegaran mata.

"Kan enak, lagi macet sambil melihat graffiti. Kesannya lagi di galeri lukisan gitu. Terus mereka juga bisa nilai karya siapa yang paling bagus. Jadi biarlah para pengguna jalan menjadi juri," kata Dhika, salah seorang bomber yang ditemui Tim Muda pas sebelum beraksi.

Operasi "pengeboman" selalu dilakukan lewat tengah malam. Beberapa hari sebelumnya mereka pasti melakukan survei lokasi. Hasil check spot tadi bisa berbuah dua hal. Mereka bisa menemukan spot baru, atau mereka malah menemukan spot karya mereka perlu diperbarui.

"Biasanya sih kami perbarui dengan cara menimpa karya yang lama. Tapi kami enggak pernah nimpa atau merusak karya orang lain. Kenapa mesti diperbarui? Ya karena sudah bosan aja dan kadang sudah basi isi pesannya," kata Echo, pentolan Morden Crew, yang membawa Tim Muda keliling wilayah Kebayoran Baru, Jakarta, untuk melihat lokasi pengeboman malam itu.

Isi pesan sebagian besar graffiti crew di Indonesia, khususnya Jakarta mungkin masih bersifat tagging crew alias cuma menonjolkan nama kelompok demi kepopuleran. Nama-nama kru disemprot dalam berbagai bentuk yang bisa menimbulkan decak kagum karena keindahannya.

"Kadang kita juga bikin pesan khusus seperti selamat ulang tahun untuk temen, pesan cinta untuk cewek, pesan sosial juga ada kok. Yang pasti kita enggak main politik. Cinta aja deh," aku Echo lagi.

Ngebom

Akhirnya kita sampai di lokasi. Daerah Gandaria pagi dini hari itu makin gelap. Waktu menujukkan pukul 2 dini hari. Sabtu malam, sudah berganti Minggu. Echo bersama 4 orang temannya turun dari mobil VW Combi sambil mempersiapkan dua lusin pyloks yang baru dibelinya tadi sore.

Di hadapan mereka ada sebuah karya yang akan diperbarui. Adhit mengamati desain baru yang terkumpul dalam sebuah binder. Setelah menyetujui sebuah desain, Echo turun beraksi membuat garis-garis pinggir huruf demi huruf, sementara Adhit mengawasi dari kejauhan. Hebatnya, semua itu mereka lakukan tanpa bantuan penggaris, skala, dan... penerangan lampu!

Mereka mengerjakan satu desain dalam waktu kurang lebih dua jam. Awalnya, belum berbentuk. Bahkan ketika udah jadi pun, karya mereka ini belum bisa dinikmati karena kurangnya cahaya.

Besoknya, ketika hari sudah terang, graffiti itu tampak mencolok di pojokan jalan. Membuat para pengguna jalan melintas pelan di jalan sambil berusaha membaca tulisan itu pas mereka berhenti di lampu merah.

Niat mereka menghibur pengguna jalan pun terwujud... at least buat sebagian orang.
Diposkan oleh ~~JoC-k3R~~ di 22:30 0 komentar
Langgan: Entri (Atom)
~~STR~~

Diposkan oleh ~~JoC-k3R~~ di 04:07 0 komentar Link ke posting ini
Senin, 2009 Januari 05
djoker'Z
Selamat datang di blog kami,kami akan mengajak teman-teman semua mengenal apa itu graffiti,dan gank kami adalah JokerStormCommunity.
Kami bukanlah gank yang bersifat anarki,kami hanyalah kelompok pembuat graffiti,kami hanya ingin menghias kota dengan karya-karya kami yang mungkin bagi anda jelek,kami tidak pernah ingin merusak,menggangu,ataupun mengejek orang lain,,oleh karena itu kami minta kritik serta saran dari anda semuanya apabila sekiranya kami melakukan kesalahan.



The Joker first bombing.........
at nov -08


Sekelompok orang mengenakan jaket,beberapa diantara

mereka mengggunakan jaket yang sama tetapi hanya
berbeda warna,berjalan lambat sepertinya tak ingin ada
orang yang mengetahui langkah mereka,dan sesuatu
berbentuk tabung di saku jaket mereka
masing-masing,mereka mengarah ke sebuah tembok
kusam,gelap dan sunyi di sebuah rumah makan,dengan
hati-hati mereka mulai mengeluarkan isi saku jaket
mereka dan kalian pasti tahu isinya....SEBUAH CAT
SEMPROT....!!!,,maka mulailah mereka membuat suatu seni
tingkat tinggi yang bernama GRAFFITI.Tangan-tangan
mereka terampil menggerak-gerakkan cat semprot
sembari menyemprotkannya ke tembok,tak ada satu orang
pun yang tau apa yang mereka lakukan pada saat itu
kecuali mereka sendiri,dan pada esok harinya
orang-orang terkejut dengan apa yang baru pernah
mereka lihat di tempat itu.Sebuah lukisan berwarna
dominan hijau muda dan hijau tua dengan banyak gambar
anak panah dan beberapa huruf artistik yang mereka
sulit mengartikannya.Itulah yang disebut
GRAFFITI,tetapi karya pertama kami ini belum
apa-apa,karya kami ini masih berada jauh di bawah pada
tingkat graffiti-graffiti di kota-kota lainnya di sekitar
kota kami seperti Purwokerto,Banyumas,dan Cilacap.Maka
dari itu kami meminta saran ataupun kritikan anda semua
sejujur-jujurnya agar kami bisa menjadi lebih baik
lagi..........


Graffiti yang berasal dari bahasa yunani "graphein" (menuliskan),diartikan oleh wikipedia.org sebagai coretan pada dinding atau permukaan di tempat-tempat umum,atau tempat pribadi.Coretan tersebut bentuknya bisa berupa seni,gambar,atau hanya berupa kata-kata yang terlihat memiliki volume/ruang didalamnya dengan berbagai warna yang menarik untuk di lihat.Orang yang membuat graffiti di sebut bomber atau writer,graffiti biasanya digunakan untuk menunjukkan suatu kelompok atau gank yang di sebut tagging graffiti,tetapi alangkah baiknya jika graffiti digunakan untuk menyampaikan pesan positif kepada masyarakat seperti kritikan,himbauan atau anjuran dan bukan corat-coret tulisan sembarangan yang tak berseni.Tetapi terkadang banyak orang yang menilai graffiti sebagai seni yang melanggar hukum karena dituangkan dalam media tembok rumah seseorang,padahal para bomber hanya ingin karya mereka dilihat orang dan diperhatikan orang,toh graffiti yang mereka buat bagus-bagus dan berseni,karena graffiti adalah suatu seni yang jarang orang dapat membuatnya,seperti dgn contoh biasanya para bomber atau writer menggambar graffiti pada malam hari yang hanya ada sedikit cahaya yang menerangi mereka,bayangkan saja anda menggambar di tempat yang hanya sedikit cahaya yg bisa masuk,tetapi pada keesokan harinya orang-orang ternganga dengan karya mereka dan biarlah orang-orang menilai graffiti manakah yang terbaik yang pernah mereka lihat.Radical And Political.
Graffiti juga memiliki reputasi yang cukup buruk di mata pemerintah hampir di seluruh negara, karena graffiti dituduh sebagai media yang paling frontal untuk menghujat atau pun mengkritik secara keras sebuah pemerintahan di sebuah negara. Walau pun kini banyak grafiti yang telah meninggalkan cara seperti itu, namun tetap saja pemerintah masih banyak yang tidak setuju dengan hal yang satu ini. Bisa dibilang seni ini merupakan sebuah seni yang termasuk kategori underground. Bisa dibilang demikian karena kegiatan ini dilakukan secara diam-diam dan biasanya dilakukan pada malam hari. Membicarakan graffiti dan politik maka tidak akan lepas dengan seorang tokoh yang bernama Alexander Brener. Ia lah yang pertama kali membawa politik ke seni, dan ia juga lah yang pertama kali menyuarakan politik lewat media yang satu ini.
Andai saja pemerintah memberi tempat khusus yg layak bagi mereka,tentu karya-karya mereka akan tersalurkan dengan baik,atau paling tidak memberikan ketentuan dan sanksi mengenai keberadaan graffiti di Indonesia agar para bomber tidak perlu lagi khawatir dan kebingungan dengan kegiatan mereka.Tetapi saya menghimbau agar teman-teman jangan langsung menggambar graffiti di tembok langsung dengan cat atau pilox,sebaiknya teman-teman mencoba membuat graffiti percobaan di kertas dengan menggunakan pensil,bolpoin,atau spidol,lalu bila sudah mantap baru teman-teman membuat graffiti di tembok dengan menggunakan pilox atau cat.Selamat mencoba....
Grafiti Menunggu Pagi

“Apa yang terjadi dengan hatiku. Ku masih di sini menunggu pagi…” Kemudian setelah bunyi pilox terkocok, tangan itu menggores warna terang di sebuah tembok. Bagas tampak lega dengan apa yang barusan dilakukannya.

Eh, kok jadinya ngomongin film Alexandria ya?! Ini lho, karena sekarang kita lagi mo ngomongin tentang grafiti, nggak papa kan kalau Youngsters dibawa sedikit berkhayal mengingat film Alexandria. Di film itu ada tokoh Bagas yang hobi banget mainin pilox untuk ngebuat grafiti.

Grafiti emang sekarang lagi booming banget di Batam. jumlah bomba (bomber Batam) pun sekarang bisa ada sekitar 20-an komunitas. Di mana-mana gampang banget kita temuin coretan grafiti di beberapa tembok. Kebanyakan sih, para bomber, istilah untuk pembuat grafiti ini ngebuat jalinan huruf menjadi kata atau yang diistilahin dengan tag.

Ngomongin seni grafiti, sebetulnya di tingkatan dunia udah ada dari tahun 60-an lho. Para bomber atau pelaku grafiti ini punya senjata andalannya yaitu pilox. Kalau udah ketemu unsur bomber, pilox dan tembok, wah jangan ditanya, sebentar saja tuh tembok udah berisi silangan jalinan huruf yang membentuk kata atau yang biasa disebut tag. Ada juga yang kreatif ngebentuk stensil atau berwujud gambar animasi.

Tapi kalau sekarang yang sering kita perhatiin di jalan ini kebanyakan sih bentuk tag. “Habis kalau gambar itu rumit bentuknya. Udah gitu butuh warna piloknya banyak,” kata Pepeng, yang berasal dari bomba Marvel.

Tapi ada juga lho yang bisa bikin stensil yang dibuat lewat proses komputer. Ini dilakukan sama Moltov waktu ngikutin class meeting di sekolah mereka, SMA Yos Sudarso. Sayangnya, cetakan stensil mereka banyak yang ilang. Jadilah cuman wajah Budi yang nongol di grafiti mereka.

“Jadi kita buat sketsanya di komputer dulu. Terus diprint habis gitu dibuat cetakannya,” jelas Adi dari Moltov.

Grafiti di Batam sendiri mulai booming sekitar akhir tahun 2005. Waktu itu kebangkitannya diawali sama acara pensi yang diadain Yos Sudarso sekitar Desember 2006. Kata Santa Lidwina, dari SMA Yos Sudarso, yang ikut dalam lomba grafiti di pensi sekolah mereka ada sekitar 18 kelompok.

“Sebetulnya sih sebelum itu udah ada. Cuman waktu pensi itu kita jadi tahu para bomber yang lain di Batam ini,” ujar Abang dari Comb Gad.

Kebiasaan anak-anak bomber ini mirip kayak lagunya Peterpan Menunggu Pagi. Jadi kalau udah sekitar jam 12 atau jam 1 dini hari, mulailah mereka bereaksi. Ada yang izin dulu, ada juga yang emang ilegal. Tapi kebanyakan sekarang ini, udah banyak emang pihak yang mempersilahkan tembok mereka dicorat coret grafiti. Misalnya tembok di dekat BCS Mall atau di daerah belakang Planet Holiday.

“Bisa-bisa sampai jam lima pagi gitu,” aku Aji. “Tapi kalau ngebuatnya sih bisa sekitar dua jam-an gitu. Tergantung besar temboknya seberapa,” tambah Rahman dari Comb Gad. (ika)



Berharap Ada Tembok Khusus Grafiti

Ini nih urut-urutan pekerjaan para bomber. Biasanya, mereka akan ngebuat sketsa dulu di kertas. Kebanyakan sih tulisan tentang nama komunitas mereka, misal Marvel. “Ide buatnya sih bareng-bareng termasuk kesepakatan bikin warnanya. Cuman kalau yang ngebuat biasanya satu orang,” jelas Uya’ dari Marvel.

Kalau udah gitu barulah para bomber ngebom alias ngepilox tembok sesuai sketsa yang udah dibuat. Tehnik ngebom ini juga bisa tergantung sama angin lho. Misalnya kayak diakuin Angga dari Busted waktu mereka class meeting SMA Yos Sudarso.

Jika sebuah grafiti udah jadi, rasa puas inilah yang kebanyakan diakui sama para bomber. “Apalagi kalau karya kita sampai dilihat orang,” tambah Farid dari Comb Gad. Dan salutnya, ada satu nih etika yang ada di kalangan para bomber. Dilarang merusak hasil karya bomber lainnya.

“Itu udah kayak jadi etika di antara para bomber. Biasanya yang ngerusak anak lain dan bukan antar bomber,” ujar Pepeng dari Marvel.

Karena seni grafiti ini sampai sekarang kurang terarah, para bomber ini berharap suatu ketika di Batam ada tempat khusus yang disediakan untuk para bomber. “Kayak di dekat Orchard Singapura ada kan tuh yang emang khusus disediain untuk grafiti. Jadi orang lain juga bisa lihat keindahannya juga,” usul Farid dari Comb Gad. (ika)



Belajar dari Internet

Banyak cerita asal muasal kenapa para bomber ini jadi hobi main grafiti. Misalnya kayak yang diakuin sama Rahman, Adek, Bondan, Kiki, dan Abang dari Comb Gad. Kebanyakan dari mereka ngaku dari yang namanya kepingin ngikutin tren sampai penasaran untuk pengen nyoba.

Begitu juga kayak cerita Aji, Bob, Pepeng, Uya’, dan Riko dari Marvel. Mereka juga tahu grafiti ketika ada teman mereka dari Jawa yang cerita tentang trendnya grafiti di Jawa.

Tapi lain lagi alasan dari Angga dan Riki dari Busted. Mereka justru kepikiran untuk kreatif bikin grafiti karena hobi ngegame. “Waktu itu aku pikir, kayaknya gambar yang di game ini oke banget. Trus aku ngobrol-ngobrol sama Julius dan jadilah kita bikin grafiti,” kata Riki.

Setelah tertarik, para bomber inipun rata-rata bealjar dari model-model grafiti yang ada di internet. Banyak banget emang situs di internet yang nunjukin contoh model grafiti di dunia. Mulai dari www.tembokbomber.com, www.graffiti.playdo.com, www.graffiti.org, atau www.graffiti.net.

Kadar imajinasi tingkat tinggi juga dibutuhin lho. “Jadi kalau salah bisa ditambahin,” kata Kiki dari Comb Gad.

Trus, berapa lama sih seorang bomber bisa dibilang gape bikin grafiti? “Kalau itu bukan hitungan berapa lama tapi berapa kali nyoba. Biasanya sih sekitar dua kali nyoba,” kata Pepeng dari Marvel.

Ada beberapa kategori di kalangan bomber tentang penilaian sebuah grafiti. Kata Bayu dari Satoe dan Farid dari Comb Gad, sebuah grafiti bisa dibilang bagus karena tulisannya lebihhidup, bentuk huruf nggak maksa, efek warna, nggak belepotan, adanya gradasi warna, dan adanya efek bayangan atau cahaya.

Ada lagi yang namanya istilah grips. Bentuknya kayak tetesan lelehan air begitu. Seni kayak gini ini yang bisa dibilang oke. Misalnya kayak yang dibuat anak Science waktu class meeting Yos Sudarso. (ika)

Anda sering melihat graffiti atau mural yang ada di dinding bawah fly over perempatan Kuningan Jakarta Selatan? Mungkin hanya sedikit orang yang tahu bahwa pembuatan graffiti dan mural di perempatan Kuningan itu difasilitasi oleh Dinas Pertamanan setempat. Street art yang dibuat oleh belasan bomber---sebutan bagi pembuat graffiti-itu dibuat pada 20-23 Desember 2006 dengan mengusung tema Re-Solusi Jakarta 300 cc. Tema tersebut diangkat sebagai respons sekelompok seniman jalanan terhadap buruknya kondisi sosial dan lingkungan di Jakarta. Kesempatan itu juga dijadikan sebagai kado akhir tahun dari para street artist kepada Kota Jakarta.

Tulisan dan gambar pada pilar-pilar di perempatan Kuningan ini bukanlah asal bikin. Sebab, sebelum "beraksi", para bomber terlebih dahulu menjalani diskusi serta brainstorming yang cukup panjang. Lihat saja mural berjudul "Taman Kota" yang menampilkan dua anak kecil yang saling berangkulan di antara gedung-gedung, seakan-akan mereka tengah kebingungan ke mana mencari taman untuk sekadar bermain. Atau graffiti bertuliskan "Boneka! Metropolis" yang mudah diinterprestasikan sebagai bentuk kritik terhadap para penguasa yang gemar mempermainkan orang. Sebab, di atas tulisan yang dibuat dengan cat semprot tadi ada citraan beberapa sosok orang yang dikondisikan seperti boneka lengkap dengan tali penariknya.



Istilah graffiti sendiri diambil dari bahasa latin "graphium" yang artinya "menulis". Awalnya, istilah ini dipakai oleh para arkeolog untuk mendefinisikan tulisan-tulisan pada bangunan kuno bangsa Mesir dan Romawi kuno. Kegiatan graffiti sebagai sarana menunjukkan ketidakpuasan baru dimulai pada zaman Romawi dengan bukti adanya lukisan sindiran terhadap pemerintahan di dinding-dinding bangunan. Lukisan ini ditemukan di reruntuhan Kota Pompeii. Sementara di Roma sendiri graffiti dipakai sebagai alat propaganda untuk mendiskreditkan pemeluk agama Kristen yang pada zaman itu dilarang kaisar.

Pemakaian cat semprot atau spray paint untuk graffiti mulai dikenal di New York pada akhir tahun 60-an. Coretan pertama dengan cat semprot dilakukan pada sebuah kereta subway. Seorang laki-laki bernama Taki yang menetap di 183rd Street Washington Heights selalu menuliskan namanya-tagging--di setiap tempat yang ia anggap bakal dilihat banyak orang, misalnya di dalam kereta subway atau di bagian luar dan dalam bis. "Taki183", begitulah tulisan yang ia buat.

Lewat coretan anehnya itu, orang-orang di seluruh kota mengenal Taki. Di tahun 1971, Taki diinterviu oleh sebuah majalah terbitan New York. Dari situlah nama Taki populer di seluruh New York. Fenomena Taki ini akhirnya mempengaruhi mental anak-anak di New York. Mereka menganggap kepopuleran bisa diperoleh dengan hanya menuliskan identitas diri pada bus atau kereta yang melewati seluruh kota. Semakin banyak namanya tercantum, sudah pasti dianggap semakin populer.

Sedangkan kata "mural" berasal dari bahasa Latin "murus" yang berarti dinding. Mural sebenarnya ada sejak ratusan ribu tahun silam. Orang primitif membuatnya di dinding-dinding gua sebagai sarana mistisme dan spiritual untuk membangkitkan semangat berburu.
Kegiatan membuat mural kemudian berlanjut ke masyarakat Mesir Kuno. Kala itu, mural menjadi sarana komunikasi. Hingga akhirnya masyarakat modern membuat mural pada dinding rumah, gedung, gereja, serta tanah beraspal atau berbatu bata, bahkan pada makam bawah tanah (katakomba).

Sementara di Indonesia baru beberapa tahun belakangan ini graffiti mulai mendapat apresiasi sebagai karya seni. Tercatat, telah banyak festival bertema "urban art" digelar dengan tujuan mewadahi seniman graffiti agar dapat lebih bebas berapresiasi dan dihargai. Mereka yang menyukai seni menggambar jalanan ini biasanya berkumpul dalam sebuah wadah atau komunitas tertentu. Tiga komunitas besar yang cukup terkenal di Indonesia antara lain Tembok Bomber, Royal Consortium, dan Vektorjunkie.



Suasana dan situasi yang dirasakan para bomber di Yogyakarta mungkin bisa dibilang lebih nyaman. Sebab, di sana mural tidak lagi dianggap sebagai hasil karya yang jelek. Bahkan mural di Yogyakarta tidak lagi dimonopoli para seniman, tapi juga masyarakat biasa. Mereka membuat mural di pinggir-pinggir jalan lingkup RT maupun jalan masuk gang. Bahkan mural di Yogyakarta hampir mirip gerakan massal.

Bagaimana dengan Jakarta? Hmm, street art di perempatan perempatan Kuningan--dan mungkin tempat lainnya--bisa dijadikan sebagai bahan renungan. Sebenarnya lebih enak melihat iklan yang mulai membosankan di kanan kiri jalan atau melihat graffiti/mural yang sering membuat dahi kita berkernyit saat mencoba menebak pesan yang ingin disampaikan? Terserah Anda....

"Graffiti" di Jalanan Ibu Kota
Niatnya Menghibur Pengguna Jalan

Beraksi di malam hari, Pylox dan cat tembok adalah senjata mereka. Ini dia para pelukis kota!

Akhir-akhir ini banyak banget lukisan jalanan yang dibuat di tembok jembatan layang, tembok samping rumah, tembok pembatas lahan tidur, sampai rolling door toko yang sudah tutup.

Tulisan itu kadang berbentuk huruf dengan menggunakan cat semprot atau cat tembok. Kadang tulisan itu merupakan campuran huruf dan gambar. Yang pasti, karena warnanya sangat mencolok, lukisan tadi jadi menarik perhatian para pengguna jalan.

Itulah graffiti yang belakangan lagi subur pertumbuhannya. Seperti enggak bisa melihat "lahan kosong", setiap minggu ada saja tulisan graffiti baru menyapa kita di jalan.

Walaupun kadang tulisannya hanya berbunyi nama kelompok dan nama orang, graffiti juga bisa membuat kita terkagum-kagum karena bentuk-bentuk hurufnya yang atraktif. Malah kadang kita enggak mampu membaca tulisan itu gara-gara terlalu susah untuk dieja.

Ternyata di balik semua keindahan itu, para pelukis graffiti (sering disebut bomber atau writer) di kota-kota besar dan Jakarta pada khususnya, menyimpan cerita sedih, seru, sekaligus menegangkan pada waktu pembuatannya.

"Gue enggak tahu kenapa graffiti sering dilarang. Padahal itu kan seninya tinggi. Daripada tembok di Jakarta dipenuhi sama coretan nama gang sekolahan yang enggak jelas," keluh Adhit waktu mengajak Tim Muda dalam "pengeboman" di suatu malam.

Cowok kurus berkacamata ini memang menjadi salah satu bagian dari komunitas graffiti yang ada di Jakarta. Wajar saja kalau dia lebih sering "berkarya" (mereka mengistilahkannya dengan ngebom) di tengah malam. Soalnya pada saat itu, aktivitas Adhit bersama teman-temannya menjadi tidak diketahui orang. Dengan begitu, tidak ada petugas keamanan yang bisa menghalau mereka.

"Biasanya sih yang ngusir kita tuh Polisi Pamong Praja. Kalau ketangkap, paling kita disuruh bersihin karya kita pakai cat putih, terus dibawa sebentar ke kantor polisi," katanya lagi.

Asal-usul

Dari mana asalnya ya, kok graffiti jadi ramai kayak gini?

Susah banget kalau mencari dari mana asalnya graffiti ini. Yang pasti sejak zaman perang kemerdekaan, kita sudah mengekspresikan keinginan untuk merdeka lewat graffiti.

Walaupun dengan skill dan peralatan yang masih sederhana, konsep tulisan dan dinding menjadi media paling aman untuk mengekspresikan pendapat secara diam-diam pada saat itu.

Istilah graffiti sendiri diambil dari bahasa latin, graphium yang artinya menulis. Awalnya istilah itu dipakai oleh para arkeolog untuk mendefinisikan tulisan-tulisan di bangunan kuno bangsa Mesir dan Romawi kuno.

Pada perkembangannya, graffiti di sekitar tahun 70-an di Amerika dan Eropa akhirnya merambah ke wilayah urban sebagai jati diri gang yang menjamur di perkotaan. Karena citranya yang kurang bagus, graffiti malah telanjur jadi momok bagi keamanan kota. Alasannya karena dianggap memprovokasi perang antarkelompok atau gang. Parahnya, selain dilakukan di tembok kosong, ngebom pun dilancarkan di kereta api bawah tanah.

Di Amerika sendiri, setiap negara bagian sudah punya peraturan sendiri untuk membungkam graffiti. Di San Diego, California, sampai New York, semua punya undang-undang yang menyebutkan bahwa graffiti adalah ilegal. Untuk menghukum semua pelakunya, graffiti pun dibagi menjadi dua jenis.

Yang pertama adalah gang graffiti. Yaitu graffiti yang berfungsi sebagai identifikasi daerah kekuasaan lewat tulisan nama gang, gang gabungan, para anggota gang, atau tulisan tentang apa yang terjadi di dalam gang itu.

Yang kedua adalah tagging graffiti. Yaitu jenis graffiti yang sering dipakai untuk ketenaran seseorang atau kelompok. Makin banyak graffiti jenis ini bertebaran, maka makin ngetoplah nama si pembuatnya. Makanya graffiti jenis ini perlu tagging alias tanda tangan dari writer atau bomber-nya. Semacam tanggung jawab karya-lah!

Di Indonesia

Bagaimana dengan di Indonesia?

Sepertinya masih belum ada undang-undang yang secara tegas menyebutkan bahwa sebuah graffiti itu ilegal. Tapi kalau mendengar cerita-cerita dari bomber-bomber Ibu Kota yang sering disuruh menghapus piece (karya) mereka, kayaknya aksi mereka memang bikin gerah pemerintah kota.

Hal ini juga pernah dialami seniman mural. Mural yang berbeda dengan graffiti dalam hal bentuk gambar, pernah dijadikan hiasan kota lewat event Jak@rt tahun 2001 yang melibatkan puluhan seniman mural di Jakarta. Tapi tiba-tiba karya mereka banyak yang dihapus cat putih karena dianggap tidak sesuai dengan kebijakan pemerintah kota (waktu itu masih Pemda)

"Kebijakan Pemda DKI Jakarta adalah tidak menerima adanya lukisan yang dinilai tidak senonoh," kata Muhayat, Kepala Biro Humas Pemda DKI Jakarta waktu itu, seperti dilansir Harian Kompas (7 Agustus 2001).

Waduh, kalau gambar yang bagus kayak mural saja dilarang, bagaimana kabarnya dengan graffiti yang cuma bermain dengan bentuk huruf ya?

Akhirnya, para bomber memang bergerak diam-diam. Mereka menggunakan media internet untuk merencanakan aksi mereka. Mulai dari SMS, e-mail sampai friendster semua dipergunakan.

Mereka biasa berkumpul di sebuah meeting point yang udah ditentukan. Di situ mereka merencanakan soal spot (lokasi inceran), jalur dan keamanannya. Kalau yang ikut sampai ada banyak kru, diperlukan beberapa tim advanced untuk ngecek keadaan spot.

Setelah dirasa aman, barulah pasukan yang lain datang ke lokasi. Tapi kalau hanya sedikit kru yang ikut, mungkin bisa dilakukan sekaligus.

Penyegaran mata

Bayangkan kalau kita lagi terjebak di kemacetan kota. Entah itu di kolong jembatan atau di samping tembok panjang. Terus di samping kiri-kanan terpampang graffiti dalam berbagai bentuk. Nah, para bomber tadi sih maunya menjadikan karya-karya tuh sebagai penyegaran mata.

"Kan enak, lagi macet sambil melihat graffiti. Kesannya lagi di galeri lukisan gitu. Terus mereka juga bisa nilai karya siapa yang paling bagus. Jadi biarlah para pengguna jalan menjadi juri," kata Dhika, salah seorang bomber yang ditemui Tim Muda pas sebelum beraksi.

Operasi "pengeboman" selalu dilakukan lewat tengah malam. Beberapa hari sebelumnya mereka pasti melakukan survei lokasi. Hasil check spot tadi bisa berbuah dua hal. Mereka bisa menemukan spot baru, atau mereka malah menemukan spot karya mereka perlu diperbarui.

"Biasanya sih kami perbarui dengan cara menimpa karya yang lama. Tapi kami enggak pernah nimpa atau merusak karya orang lain. Kenapa mesti diperbarui? Ya karena sudah bosan aja dan kadang sudah basi isi pesannya," kata Echo, pentolan Morden Crew, yang membawa Tim Muda keliling wilayah Kebayoran Baru, Jakarta, untuk melihat lokasi pengeboman malam itu.

Isi pesan sebagian besar graffiti crew di Indonesia, khususnya Jakarta mungkin masih bersifat tagging crew alias cuma menonjolkan nama kelompok demi kepopuleran. Nama-nama kru disemprot dalam berbagai bentuk yang bisa menimbulkan decak kagum karena keindahannya.

"Kadang kita juga bikin pesan khusus seperti selamat ulang tahun untuk temen, pesan cinta untuk cewek, pesan sosial juga ada kok. Yang pasti kita enggak main politik. Cinta aja deh," aku Echo lagi.

Ngebom

Akhirnya kita sampai di lokasi. Daerah Gandaria pagi dini hari itu makin gelap. Waktu menujukkan pukul 2 dini hari. Sabtu malam, sudah berganti Minggu. Echo bersama 4 orang temannya turun dari mobil VW Combi sambil mempersiapkan dua lusin pyloks yang baru dibelinya tadi sore.

Di hadapan mereka ada sebuah karya yang akan diperbarui. Adhit mengamati desain baru yang terkumpul dalam sebuah binder. Setelah menyetujui sebuah desain, Echo turun beraksi membuat garis-garis pinggir huruf demi huruf, sementara Adhit mengawasi dari kejauhan. Hebatnya, semua itu mereka lakukan tanpa bantuan penggaris, skala, dan... penerangan lampu!

Mereka mengerjakan satu desain dalam waktu kurang lebih dua jam. Awalnya, belum berbentuk. Bahkan ketika udah jadi pun, karya mereka ini belum bisa dinikmati karena kurangnya cahaya.

Besoknya, ketika hari sudah terang, graffiti itu tampak mencolok di pojokan jalan. Membuat para pengguna jalan melintas pelan di jalan sambil berusaha membaca tulisan itu pas mereka berhenti di lampu merah.

Niat mereka menghibur pengguna jalan pun terwujud... at least buat sebagian orang.
Diposkan oleh ~~JoC-k3R~~ di 22:23 0 komentar Link ke posting ini
by joker STR

Kebijakan Pemerintah

by joker str
Di Amerika lah graffiti pertama kali ditemukan, karena semakin banyaknya bomber-bomber yang membom-bardir sudut-sudut kota di Amerika, akhirnya pemerintah mulai menyediakan sebuah lahan untuk para bomber mengekplorasikan karya-karya mereka. Di Philadelphia misalnya. Pada tahun 1984, Philadephia Anti-Graffiti Network (PAGN) yang tadinya sangat menentang seni ini akhirnya meciptakan sebuah program yang diberi nama Mural Arts Program. Program ini menyediakan tempat yang sangat layak, namun jika para bomber tersebut membuat graffiti di luar wilayah tersebut, maka hukuman yang berat pun harus siap mereka terima.

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Di kota New York tahun 1995, Mayor Rudolph Giuliani dari membuat sebuah pasukan yang dinamakan Anti-Graffiti Task Force, yaitu pasukan yang dibuat untuk memberantas para bomber yang berkeliaran di kota ini. Selain itu para penjual cat semprot hanya boleh menjual dagangannya pada orang yang sudah berumur 18 tahun ke atas dengan menunjukan identitas mereka tersebut. Para bomber yang tertangkap juga harus membayar denda sebesar US$ 350, yang tentunya sangat memberatkan para bomber. Akhirnya salah seorang bomber terkenal NYC yang bernama Zephyr melakukan serangkaian usaha untuk melegalkan kegiatan ini, yaitu dengan menulis surat ke pemerintah. Peter Vallone, Jr. yang pada saat itu menjabat sebagai anggota pemerintahan melegalkan permintaan tersebut pada tanggal 1 Januari 2006, namun dengan syarat para bomber yang melakukan kegiatan tersebut harus berumur 21 tahun ke atas.

/!\SEHARUSNYA PEMERINTAH INDONESIA HARUS TEGAS BEGITU/!\


graffiti Karya Seni Tinggi

by joker str
Graffiti sekarang mulai memasuki masa keemasannya, selain di Indonesia sendiri, di Amerika atau tepatnya di Brooklyn Museum sering diadakan pameran graffiti yang kini disebut juga sebagai seni kontemporer. Berbagai bomber profesional seperti Crash, Lee, Daze, Keith Haring dan Jean-Michel Basquiat menjadi pahlawan dalam seni graffiti. Sekitar 22 bomber ikut berpartisipasi dalam pameran ini. Lain di Amerika lain pula di Australia. Negara yang satu ini bahkan menjadikan graffiti sebagai lomba publik yang selalu memiliki jumlah peserta yang sangat banyak.


It's my Style

by joker str

Aliran atau gaya dalam graffiti cukup banyak, namun “tag” merupakan salah satu dasar yang harus dimiliki oleh para bomber. Tag merupakan gaya dalam menulis atau membuat gambar-gambar atau tulisan sehingga menarik, biasanya para bomber memiliki ciri khas masing-masing pada tag-nya tersebut. Selain tag ada pula yang disebut throw-up atau biasa disebut fill-in, ini adalah sebuah teknik menggambar dengan sangat cepat dengan menggunakan dua hingga tiga warna, di mana kecepatan menjadi tujuan utama dalam gaya yang satu ini.

Paling seru dalam graffiti ialah apa yang di sebut dengan wildstyle. Gaya ini adalah sebutan di mana seorang bomber dapat melakukan apa saja, baik itu dari segi desain atau pun pemilihan warna, dan karya yang paling ekstrim menjadi sesuatu yang paling menarik di sini. Para bomber pun saling menghasilkan karya-karya yang terkadang membuat seseorang harus memperhatikan dengan seksama maksud dan arti dari karya-karya mereka tersebut.

Graffiti Art atau Vandalism

by joker str
Graffiti dahulunya adalah dianggap seperti pedagang kaki lima yang hanya bisa merusak keindahan/pemandangan kota(VANDALISM)....tetapi di zaman sekarang ,,graffiti sudah dianggap sebagai KARYA SENI(ART)...

Sebenarnya...apakah graffiti itu art atau vandalism....??
Sebuah tanda tanya besar bagi orang yang belum menguasai apa arti graffiti...
di sini anda dapat mengetahi itu...!!

Dinding-dinding di sepanjang Jalan Tamblong yang semula putih bersih, kini sedikit berwarna. Kini, selain dipenuhi oleh "flyers" dan poster yang ditempel sembarangan, coretan-coretan jahil yang dibuat dengan cat semprot, juga mulai memenuhi dinding-dinding tersebut. Bikin mata orang-orang yang lalu lalang, mau nggak mau seperti tersihir untuk melihat atau sekadar melirik. Katanya sih, itu adalah graffiti, coretan yang dibuat untuk mengekspresikan kebebasan.

Graffiti yang berasal dari bahasa Yunani "graphein" (menuliskan), diartikan oleh wikipedia.org sebagai coretan pada dinding atau permukaan di tempat-tempat umum, atau tempat pribadi. Coretan tersebut, bentuknya bisa berupa seni, gambar, atau hanya berupa kata-kata. Graffiti yang banyak bertebaran di jalanan kota Bandung, masih sebatas coretan kata-kata yang merupakan identitas geng atau malah hanya berupa nama. "Itu masih bisa dikategorikan sebagai seni, walau mungkin pada levelnya berbeda, ya," ungkap Roy, seorang pelaku graffiti yang sempat belia temui ketika membuat satu graffiti di sebuah distro di bilangan Jalan Burangrang, Jumat (9/12).

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Penggunaan cat semprot untuk bikin sebuah graffiti, sudah mulai dikenal di New York, akhir tahun 60-an. Coretan pertama dengan cat semprot, dilakukan pada sebuah kereta subway. Seorang bernama Taki yang tinggal di 183rd Street Washington Heights, selalu menuliskan namanya, entah itu di dalam kereta subway, atau di bagian luar dan dalam bis. Taki183, gitu bunyi tulisan yang ia buat menggunakan spidol. Taki ini seperti ingin nunjukkin identitas dirinya. 183 yang ia tulis setelah namanya, nunjukkin tempat tinggalnya.

Gara-gara coretannya tersebut, orang-orang di seluruh kota jadi kenal dengan Taki, lewat coretan-coretan misteriusnya. Di tahun 1971, mister Taki ini diinterview oleh sebuah majalah terbitan New York. Dari situlah, kepopuleran Taki diikuti oleh anak-anak seluruh New York. Anak-anak ini tertarik karena kepopuleran bisa diperoleh dengan hanya menuliskan identitas mereka --disebut juga tagging-- pada bus atau kereta yang melewati seluruh kota. Semakin banyak nama atau identitas seorang anak, sudah pasti ia akan semakin populer.

Setelah spidol, media yang kemudian biasa digunakan adalah cat semprot, yang dipakai untuk nge-bomb (istilah untuk menyemprot) bagian luar kereta. Karena semakin banyaknya orang-orang yang bikin tagging, nggak heran kalau setiap writers, pengen punya style sendiri. Dari situ, mereka nambahin warna-warna yang eyecatching, efek-efek khusus, bahkan mereka mencoba untuk menuliskan namanya lebih besar. Dengan bantuan cat semprot, pengerjaan graffiti ini lebih cepet beres.

Makanya, untuk mengantisipasi tagging yang mulai mewabah, pihak kepolisian setempat sampai melarang penjualan cat semprot pada anak-anak di bawah umur. Saking banyaknya pelaku graffiti, di Meksiko pun diberlakukan aturan serupa. Bahkan, setiap pembeli cat semprot harus menunjukkan identitas yang jelas dan menyertakan alasan untuk apa cat semprot itu digunakan.

"Bikin graffiti di public space itu seperti punya gengsi sendiri. Selain itu adrenalin bakal terpacu, karena takut dikejar polisi atau gangster," kenang Roy, yang pernah ke-gap sama gangster pas bikin graffiti di public space. Yup. Selalu public space yang menjadi sasaran para seniman jalanan ini untuk berkreasi. "Sebagian orang ada yang nganggep graffiti sebagai karya seni, tapi nggak sedikit juga yang bilang kalau coretan-coretan itu malah ngerusak," kata Radi, seorang mahasiswa seni lukis Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB.

Jika graffiti ini dilakukan tanpa seizin pemilik tempat, perbuatan ini dapat dikategorikan sebagai tindakan vandal. Mungkin banyak di antara Belia yang belum tau apa itu arti vandalisme. Vandalisme bisa diartikan sebagai tindakan yang merusak properti orang lain. It means, graffiti atau mural yang dilakukan tanpa izin di tempat-tempat umum, bisa dikategorikan sebagai vandalisme. Sementara, banyak orang yang berpendapat, kalau graffiti di dinding-dinding jalan, masih lebih baik daripada dinding-dinding tersebut kotor, tidak terawat, dan penuh dengan tempelan flyers atau brosur-brosur yang nggak penting.

Kalau Belia lewat Jalan Siliwangi, mata terasa lebih segar karena ngeliat mural di sepanjang dinding jalan, pasti setuju kalau karya seni yang seperti itu bukan termasuk perbuatan vandal. "Iyalah. Soalnya mural di Siliwangi itu legal kok. Pihak Pemda, sekitar dua tahun lalu, pernah ngasih proyek itu buat kita," kata Yogie, yang bareng Radi, jadi konseptor pembuatan mural tersebut.

Mural yang berarti lukisan pada permukaan yang lebar, memang terasa lebih legal dibandingkan dengan graffiti yang berkesan liar. "Bedanya sih, mungkin hanya pada medianya aja ya. Kalau graffiti banyak pake cat semprot, sementara mural make cat tembok. Kalau nyeni atau nggaknya ya, tergantung yang liat. Nggak ada parameter khusus," lanjut Yogie.

Senada dengan Yogie, Roy pun bilang kalau bagus atau jelek itu relatif. "Susah sih, kalau mau bilang bagus atau jelek. Isi tulisan-tulisannya, mungkin dibilang jelek tapi malah keinget terus sama yang baca. Tapi graffiti di film Alexandria saya bilang butut, sementara orang lain mungkin bilang itu bagus," tandas Roy sembari memberi contoh.

Legal atau nggaknya sebuah karya di jalanan, bagi Roy yang juga lulusan FSRD ini, tetap dinilai sebagai sebuah karya. "Di Jogja, graffiti dan mural malah dilegalkan. Pemerintah setempat ngebolehin, bahkan menyediakan lahan untuk para street art berkarya. Sementara di Bandung, belum ada pelegalan seperti itu. Beda ceritanya kalau lu punya duit," katanya sedikit berapi-api.

Alih-alih sebagai tindakan vandal, graffiti, mural, tagging, dan sebagainya adalah merupakan kebebasan berekspresi. Tetapi, kebebasan berekspresi saat ini masih didominasi oleh kaum berduit, yang mampu membeli tempat untuk menumpahkan kreativitasnya. Sementara para seniman jalanan, mesti sembunyi-sembunyi atau malah kejar-kejaran dengan pihak aparat hanya untuk berkreasi. "Seniman yang jelas-jelas bikin karya di privat place aja sempat dibakar aparat, apalagi street art yang berkarya di public space," lanjut Roy.

Setiap seniman punya style masing-masing untuk mengekspresikan karyanya. Makanya, tidak sedikit seniman yang malah "bersaing" untuk bisa menciptakan karya bagus di tempat yang lebih lebar, misalnya, atau untuk meraih kepopuleran. Selain saingan, ada juga proses pembelajaran yang diturunkan dari seniman yang tergolong kelas senior kepada juniornya. "Yang baru belajar biasanya jadi kenek dulu. Kerjaannya masih sebatas ngewarnain, atau bantuin yang gampang. Seniornya, yang bikin sketsa di kertas dan di dinding," ujar Roy.

Proses bikin graffiti atau mural kurang lebih sama. Pertama, sketsa dibuat pada kertas, lalu kemudian sketsa tersebut dipindahkan ke dinding. "Yang lebih gampang sih, si sketsa udah "ditembakkin" pake proyektor, jadi nggak perlu bikin sketsa di tembok. Tapi, ya, gengsinya mungkin lebih turun kalau dibantu pake proyektor," kata Roy lagi.

Nggak sedikit duit yang dikeluarin untuk bikin satu graffiti atau mural. "Untuk bikin gambar di tembok yang berukuran sedang, bisa habis kira-kira dua puluh kaleng cat semprot. Sementara ini (garasi distro yang sedang dibuat graffiti-red) abis 40an kaleng," jelas Roy.

Sayang banget kan kalau hanya ngabisin cat semprot untuk tulisan-tulisan yang nggak ada maknanya, atau malah bikin sebel orang yang liat. Radi dan Yogie pun punya pendapat serupa. "Kalau mau bikin graffiti atau mural, mending sekalian yang edun, daripada hanya tulisan atau gambar yang teu kaharti."katanya.

Graffiti sampai kapan pun mungkin bakal jadi kontroversi. Di satu pihak bakal bilang kalau graffiti itu perbuatan vandal, tapi pihak yang lain mengartikan seni, kebebasan berekspresi. Lain halnya di Yogyakarta, yang setiap seniman bebas berkarya, pihak pemerintah pun nggak perlu repot-repot ngejar-ngejar seniman yang bandel. Karya yang nggak bikin sakit mata, lebih-lebih sakit hati, tentu bakal diapresiasi dengan baik oleh masyarakat. Kebebasan berekspresi bisa saja diredam, tapi nggak bisa dihentikan.*


Cilacap Memecahkan Rekor Muri

Friday, November 2, 2007 by SCREET CREW
Cilacap (ANTARA News) - Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Minggu, memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (Muri) berupa lukisan `graffity` (lukis dinding) dengan peserta terbanyak yaitu 470 peserta, mengalahkan rekor sebelumnya di Jakarta 450 peserta.

Ketua panitia penyelenggara, Karsidi di Cilacap, Minggu, mengatakan, kegiatan ini selain untuk memecahkan rekor Muri juga sebagai ajang mengembangkan kreativitas generasi muda dalam bidang seni.

Kegiatan seni `graffity` tersebut diselenggarakan oleh Karang Taruna Kabupaten Cilacap bersama Dinas Pariwisata Kabupaten Cilacap, bertempat di Taman Hiburan Rakyat (THR) Teluk Penyu Cilacap.

"Kegiatan ini kami kemas sebagai suatu perlombaan untuk mencari juara I hingga IV yang terbagi dalam tiga kategori yaitu SLTP, SMA, dan umum, sedangkan hadiahnya trofi dan uang pembinaan dengan jumlah Rp4,5 juta untuk tiap kategori," katanya.

Dalam lomba `graffity` yang bertemakan `Coretan Sejuta Makna-Kotaku Wisataku` ini masing-masing peserta disedikan media dinding tembok atas `sket` dengan ukuran bidang lukis sebesar 2x2,5 meter.

Kegiatan tersebut, kata dia, selain diminati warga masyarakat dari berbagai wilayah di Kabupaten Cilacap juga dari Banyumas, Purbalingga, dan Banjarnegara.

Bupati Cilacap H Probo Yulastoro mengharapkan, melalui kegiatan seni lukis `graffity` ini dapat dijadikan ajang kreativitas generasi muda sehingga dapat lahir seniman-seniman yang dapat mengharumkan Cilacap di kancah nasional maupun internasional.

Hukum Mengenai Graffiti

by joker str
Pada perkembangannya, grafiti di sekitar tahun 70-an di Amerika dan Eropa akhirnya merambah ke wilayah urban sebagai jati diri kelompok yang menjamur di perkotaan. Karena citranya yang kurang bagus, grafiti telanjur menjadi momok bagi keamanan kota. Alasannya adalah karena dianggap memprovokasi perang antar kelompok atau gang. Selain dilakukan di tembok kosong, grafiti pun sering dibuat di dinding kereta api bawah tanah.

Di Amerika Serikat sendiri, setiap negara bagian sudah memiliki peraturan sendiri untuk meredam grafiti. San Diego, California, New York telah memiliki undang-undang yang menetapkan bahwa grafiti adalah kegiatan ilegal. Untuk mengidentifikasi pola pembuatannya, grafiti pun dibagi menjadi dua jenis.

Gang Graffiti
Yaitu grafiti yang berfungsi sebagai identifikasi daerah kekuasaan lewat tulisan nama gang, gang gabungan, para anggota gang, atau tulisan tentang apa yang terjadi di dalam gang itu.

Tagging Graffiti
Yaitu jenis graffiti yang sering dipakai untuk ketenaran seseorang atau kelompok. Semakin banyak graffiti jenis ini bertebaran, maka makin terkenallah nama pembuatnya. Karena itu grafiti jenis ini memerlukan tagging atau tanda tangan dari pembuat atau bomber-nya. Semacam tanggung jawab karya.
Grafiti Di Zaman Moderen

Sunday, October 28, 2007 by joker str

Adanya kelas-kelas sosial yang terpisah terlalu jauh menimbulkan kesulitan bagi masyarakat golongan tertentu untuk mengekspresikan kegiatan seninya. Akibatnya beberapa individu menggunakan sarana yang hampir tersedia di seluruh kota, yaitu dinding.

Pendidikan kesenian yang kurang menyebabkan objek yang sering muncul di grafiti berupa tulisan-tulisan atau sandi yang hanya dipahami golongan tertentu. Biasanya karya ini menunjukkan ketidak puasan terhadap keadaan sosial yang mereka alami.

Meskipun grafiti pada umumnya bersifat merusak dan menyebabkan tingginya biaya pemeliharaan kebersihan kota, namun grafiti tetap merupakan ekspresi seni yang harus dihargai. Ada banyak sekali seniman terkenal yang mengawali karirnya dari kegiatan grafiti.





GRAFFITI IN MALAYSIA

Friday, October 26, 2007 by joker str




IT WAS a proud moment for KDU College Penang when its team won second place at the Hip-Hop Graffiti Competition held at Gurney Plaza in Penang recently.
KDU College Penang students at the Hip-Hop Graffiti Competition.

More than 30 students from various colleges took part in the competition sponsored by Gurney Plaza.

KDU College Penang sent five teams. Uchi Khor, a second year Interior Design student and Teoh Lee Chen, a second year Digital Art and Design student, won honours for the college.

The participants were required to show their creativity using letters drawn with markers as well as cryptic and colourful spray paint.

The designs reflected the students’ interest in energy conservation activities and their concern about real world problems.

Uchi Khor said: “Society should use graffiti as it is a powerful medium for artistic expression which deepens peoples’ understanding of the world around them.”

“The competition enabled us to be creative and was also compelling and inspiring. Graffiti is a reflection of the unique and multi-faceted communications medium,” said Teoh Lee Chen.

The college's Design Institute head Tan Cheng Keat said: “This was an excellent opportunity for the students to showcase their artwork.”




GRAFFITI IN SINGAPORE

by joker str



A arts, cultural and activities venue for Singapore’s youth located at the heart of Orchard Road – received a facelift earlier today. This morning saw the unveiling of a 3 storey (12m x 42m) mural titled “evo*scape”. It was a rather laid back event, with cheerleaders kickstarting, oops, we mean kicking start the unveiling.


Guest-of-honour, Parliamentary Secretary for Community Development, Youth and Sports, Mr. Teo Ser Luck spearheaded the unveiling of the mural this morning. Mr. Teo tried his hand at graffiti by personally spraypainting two shuttlecocks onto the mural.
The mural is the proud product of 20 artistes who are part of Hothoused, a *scape visual arts collective where 20 graffiti and visual artistes are housed onsite to lend their diverse talents to social discourse. This is their way of showing support for Singapore’s bid to host the Youth Olympic Games (YOG) in 2010.The 20 graffiti artistes hail from different backgrounds which include graffiti art, film, photography, illustration and sculpting.

Kamis, 2009 Januari 01
Radical and political.
Graffiti juga memiliki reputasi yang buruk di mata pemrintah hampir di seluruh negara,karena graffiti di tuduh sebagai media yang paling frontal untk menghujat atau pun mengkritik secara keras sebuah pemerintahan di sebuah negara,walaupn kini banyak yang tidak setuju dengan hal yang satu ini,bisa dibilang seni ini merupakan sebuh seni yang trmasuk kategori underground, bisa dibilang demikian karena kegiatan ini dilakukan secara diam diam dan biasanya dilakukan pada malam hari.Membicarakn graffiti and politik maka tidak akan lepas dengn seseorg tokoh yang bernama alexander brinier,ialah yang pertama kali membawa politik ke seni dan ia jg yang pertama kali menyuarakan politik lewat media yang satu ini.andai saja pemerintah memberikan tempat khusus yang layak bagi mereka,tentu karya karya mereka akan tersalur dengan baik,atau paling tidak memberikan ketentuan atau sangsi mengenai keberadaan graffiti di indonesia agar para bomber tidak perlu khawatir dan kebingungan dengan kegiatan mereka.tetapi saya menghimbau agar teman teman jangan langsun menggambar graffiti di tembok langsung dengan cat atau pilox,sebaiknya teman teman mencoba dahulu membuat graffiti di kertas dengan menggunakan pensil,balpoin,spidol,atau stabilo,lalu bila sudah mantap baru teman teman membuat graffiti di tembok dg menggunakan cat maupun cat semprot (pilox) selamat mencoba.......
By bomber leader
Diposkan oleh ~~JoC-k3R~~ di 19:53 0 komentar Link ke posting ini
Mengenal graffiti
Graffiti yang berasal dari kata yunani "graphein" (menuliskan), diartikan oleh wikipedia .org sebagai coretan pada dinding atau permukaan di tempat tempat umum atau tempat pribadi.Coretan tersebut bentuknya bisa berupa seni,gambar,dan tulisan atau hanya kata kata yang terlihat memiliki volume atau ruang di dalamnya dengan berbagai warna yang menarik untuk di lihat.Orang yang membuat graffiti disebut bomber atau writer,graffiti biasanya digunakan untuk menunjukan suatu kelompok atau gank yang disebut tagging graffiti, tetapi alangkah baiknya jika graffiti digunakan untuk menyampaikan pesan positif kepada masyarakat seperti kritikan,himbauan atau anjuran dan bukan corat caret tulisan sembarangan yang tidak berseni. Tetapi terkadang banyak orang yang menilai graffiti sebagai seni yang melanggar hukum karena dituangkan dalam media tembok rumah seseorang. Padahal para bomber hanya ingin karya mereka dilihat orang dan diperhatikan orang,dan graffiti yang mereka buat pun bagus bagus dan berseni,karena graffiti adalah suatu seni yang jarang orang dapat membuatnya,seperti dgn contoh biasanya para bomber atau writer menggambar graffiti pada malam hari yang hanya ada sedikit ada cahaya yang menerangi mereka.bayangkan saja kalau anda menggambar di tempat yang hanya ada sedikit cahaya yang bisa masuk,tetapi pada keesokan harinya orang orang ternganga dan terkejut denan hasil karya mereka dan biarlah orang orang menilai graffiti manakah yang terbaik yang pernah mereka lihat.
~~SLAM BOMBER~~
Diposkan oleh ~~JoC-k3R~~ di 18:57 0 komentar Link ke posting ini
Salam BoMBinG










Selamat datang di blog kami,kami akan mengajak teman teman semua mengenal apa itu seni graffiti,dan gank kami adalah "DJOKER STORM COMMUNITY" sTrEEt ART .Kami bukan lah gank yang bersifat anarki,kami hanyalah kelompok pembuat graffiti bertuliskan "BOMBER" kami tidak pernah ingin merusak,menggangu,ataupun mengejek orang lain ,oleh karna itu kami minta kritik serta saran dari anda semuanya apabila sekiranya kami semua melakukan kesalahan. ini adalah hasil karya kami








src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwXFIXA64S4TDmIA_odLWYp6jIspxB7td82BQ-D8CXtCULQHtNH8gkBgj8WSL5jFWcLwpFt50Mr8krRCB5UaRLrlQgU3tuF6xO3kJ-W879_xfnVE28Zobil40g6BNqJWtmVcQq5g5YeGAa/s400/Ivry_Most_Famous.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5304842887078629170" />






















silahkan melihat lihat videonya











WELCOME (Rn-drA),(A-J),(D-to),(By-u),(No-vA),(Lu-q),(Al-do) and (Al-d).

ONLINE CREW:







ShoutMix chat widget